Friday, May 6, 2011

Self-Reminder

Ditulis untuk mengingatkan diri sendiri, saat si Bebek sedang bergelimang air mata (mungkin) ingin bersenang-senang. Halah, bahasanya.... 


Salah satu tempat yang ingin dikunjungi tahun 2011: 

  • Pangandaran - Green canyon dll, kalau si Bebek mau hemat, pergi ke sini, (+) sudah pernah cek-cek tempat-tempat di Pangandaran, dekat, budget tidak banyak. Sudah ada penginapan yang diincar. bisa pergi sendiri. Hehehe... perkiraan budget: (semoga) di bawah 1 juta. Bus (Merdeka) berangkat setiap hari dari Term Kalideres, pagi jam 5:45, sore jam 5:30, estimasi perjalanan kira-kira 7-8 jam kalau tidak macet. (?) tanya harga tiket bis (kok bisa lupa sih =_=) Peta. Hotel-hotel yang diincar: deluxe sea viewaquarium, yang ini ada ym-nya mustika ratu .
  • Belitung, baca ini lagi. Hehehe... (+) pantai yang kelihatannya indah. (-) tiket pesawat lumayan mahal, mungkin perlu pergi berdua supaya hemat uang penginapan dan sewa-menyewa kapal. Perkiraan budget, belum terlalu banyak cek, mungkin perlu 2-3 juta untuk 2-3 hari. 
  • Singapura (cari-cari tiket murah, horeee....), sama sekali belum cek. Cuma tertarik karena sering cek tiket murah, Hahahaha....  
  • Bali: ternyata banyak juga tempat asyik yang bisa dikunjungi di Bali, selain pantai ^^ tempat yang ingin dikunjungi: Puri Agung KarangasemTaman UjungBesakih


Sunday, April 24, 2011

Friends

Waktu si Bebek bongkar-bongkar organizer zaman SMA dulu (saking ga ada kerjaan di rumah, hahaha...) tiba-tiba dia menemukan testimoni dari teman-teman se-ganknya. Jadi ceritanya, waktu kami mau lulusan SMA, bebek dan teman-teman memutuskan untuk menuliskan pendapat mengenai teman-teman kami sebagai kenang-kenangan bersama. Begitu dibaca kembali 11 tahun kemudian, hahahaha, ternyata lucu juga. Pikir-pikir daripada kertasnya akhirnya hilang begitu saja, mending Bebek post di blog. He..he... he... Oh ya, kami ber-6 ini satu kelas sejak kelas 2 di SMA, angkatan 19xx-20xx. Nama-nama bebek dan teman bebek hanya ditulis inisialnya saja. Ke 5 teman bebek adalah: N, A, L, Me, Ma. Kecuali Ma, kami sekelas lagi di 3 IPS. Tulisan mereka bebek ketik kembali tanpa di-edit, termasuk kata-kata yang mereka singkat. Nama panggilan Bebek disingkat menjadi "I". 

Pendapat dari N: 
"I itu orgnya gimana ya? eh, dia itu orgnya bisa dibilang paling dewasa di antara kita soalnya dia selalu memberikan komentar atau ceramah yg panjang sekali terutama kalo kita mo' makan M2M paling susah kalo diajak. Trus dia itu kalo ngomong suka dalem banget walaupun dia suka nggak sadar. Orgnya suka kesambet, marah2 tanpa alasan. Trus orgnya doyan banget ama komik jadinya suka mikirin yg nggak2. Suka banget nonton "CONAN" & paling suka film mandarin terutama Jimmy Lin. Kadang2 I itu orgnya asyik, suka ketawa. Trus I orgnya plg tertutup ama kita2 terutama tentang cowok. Tapi gimanapun I orgnya OK deh! Oh ya I paling pinter & selalu konsen ama pelajaran, nggak suka gosip en memandang org dgn cara yg positif. Keep movin' I!" 

Pendapat A: 
"temen dari TK sampe SMA bosen..... ngak enak diajak curhat, ngga suka ke M, cakep, pendek (makanya pake sepatu paling tinggi) Klo ngomong badannya gerak2, banyak nasehat, pake kacamata. "cintanya" cuma 10%-20%, tertutup, enak diajak berantem, rental komik, kurang PD, shy, bae bgt, suka bayarin ongkos mobil, seleranya "Haris", klo BT serem & nyebelin, terobsesi sama yang kurus2, suka ngayal, pernah jadi 'musuh', jalanya paling cepet, mulai genit, nulisnya paling lama + paling rapi, kadang2 pelit, gila Huan Zhu, suka Tommy Tsu, kaya anak kecil, ga suka gosip, paling kuper soal gosip, Tapi Ok juga!"

Pendapat L: 
"Orangnya nggak sejalan nich ama kita2. Kita ke Maria, dia nggak. Kata dia "ngapain jauh2, cape-capein aja". Ngeluh terus pengen punya cowo' dulu dijodohin sama D, A nggak jadi2. Tapi gue tahu tuch I mo' sama siapa. K'lo ngomong bukan mulutnya aja yg gerak, semua badannya juga ikut gerak. Si komik, kita manggilnya gitu. Dlm hidupnya cuma komik. K'lo sama cowo' nggak bisa ngomong. K'lo suka sama cowo' paling2 cuman 1% (amit2). Di kelas 2 suka badmood, serem banget dan nyebelin ngomongnya juga agak ketus. Tapi si I suka nganterin dan nungguin gua nunggu mobil (bae' dech). Anak paling rajin di antara kita. Sekarang di kelas 3 feminim dech, rambut pengen panjang, banyak jerawat. anehnya si I jadi + tinggi. K'lo nulis boros kertas, abis tulisannya renggang2. Agak introvert. K'tanya satu tipe sama Tata (Suwarno said). Hidup... I.... 
peace"

Pendapat Ma:
I itu temen gue yg paling "bener" di antara kite-kite, paling perhatian sama pelajaran, org lain & komik & Tommy Shu, he..he... 
I itu paling baik sama nyokapnya dan bokapnya mungkin......
I tll banyak berkhayal jadi susah hidup di dlm kenyataan (ce...i...le...) ingin punya cowok sesuai fantasinya (susah dapetnya lagi!) 
Orangnya paling hemat, tapi waktu klas 2 BTnya sering banget nggak jelas kenapa?
Orangnya susah diajak fun-fun an soalnya tll serius bok!"

Pendapat Me: 
"I itu orangnya asyik juga, dia paling rajin dan sering dikorbanin buat acara2 tertentu (presentasi) (he...3x), Orangnya pintar kok dan wajahnya juga manis. Tapi gua heran kayaknya hidupnya cuman ada komik ama Tommy Su deh. I paling males kalo pergi2, kayaknya kalo pergi dia mendingan sendiri gitu. Kelas 3 dia jadi rajin banget, duduknya udah feminim, dandannya ngga kuat gila! pokoknya di sini mukanya lebih berseri2, hayo kok bisa gitu? ada siapa nih...... 
Kalo dewasa jelas I orangnya. 
Tapi kalo lagi BT bikin gua takut. 
Mulutnya sama mulut A klop buat ngadu ribut deh! 
tapi I, We.... Love...U.... forever!!!"
-2001-

Hahahaha, setelah ketik ulang semuanya, tiba-tiba jadi kangen mereka dan kangen masa-masa SMA. -_-' 

Friday, April 22, 2011

Kelenteng Tjo Soe Kong

Hari Kamis yang lalu (2011-4-21), bertepatan dengan rangkaian libur Paskah yang Bebek dapat selama 3 hari (Rabu, Kamis putih, Jumat agung), Bebek akhirnya menjalankan  rencananya untuk berkunjung (lagi) ke Kelenteng Tjo Soe Kong di tepi pantai Tanjung Kait, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Sudah lama sekali Bebek tidak pergi ke Kelenteng ini. Terakhir kali pergi ke sana (mungkin) sudah lebih dari 10 tahun yang lalu. Bebek ingat dulu waktu masih kecil, mungkin akhir 1980-an dan awal 1990-an, Papa Mama Bebek cukup sering membawa Bebek ke Kelenteng ini. Dan sebagai anak kecil maupun remaja, Bebek terbiasa mengikuti semua ritual atau tradisi tanpa bertanya ini-itu (Bebek bukanlah seorang anak yang kritis). Cerita turun temurun mengenai sejarah Kelenteng ini pun Bebek dengar secara sambil lalu. Bebek bahkan tidak pernah tahu sejarah Kongco Tjo Soe Kong yang Kelentengnya kami kunjungi. ^^ Begitulah. Lalu akhir tahun lalu, tiba-tiba saja Bebek teringat dengan Kelenteng ini dan memiliki keinginan untuk berkunjung kembali. Mungkin karena Bebek banyak mengenang masa-masa bersama Mama, dan Kelenteng ini merupakan salah satu bagian dari kenangan Bebek bersamanya. Bahkan pada tahun-tahun terakhirnya, Mama memiliki keinginan untuk berkunjung ke Kelenteng Tanjung Kait ini setelah dia sembuh dari sakitnya. Ehmm..., waktu itu Bebek tidak tahu kenapa dia memiliki keinginan untuk pergi ke sana setelah sembuh dari sakit. Ternyata (mungkin) karena sejarah dari Kongco Tjo Soe Kong. 

Perjalanan kali ini membuat Bebek ingin mengetahui lebih banyak sejarah mengenai Kelenteng Tanjung Kait dan Kongco Tjo Soe Kong. Kemajuan teknologi membuat kita bisa lebih mudah mendapatkan berbagai keterangan. Tapi sayang sekali, Om Google pun tidak  memberi banyak info  mengenai sejarah Kelenteng ini. Mungkin seharusnya Bebek tanya-tanya pada Encek Biokong di sana =_= bukannya tanya Om Google yang berasal dari barat. Hahaha, ironis. Tapi bagaimanapun Bebek mendapatkan cukup banyak info mengenai Kongco Tjo Soe Kong.

Gerbang Kelenteng Tjo Soe Kong
Kelenteng Tjo Soe Kong
Kelenteng Tjo Soe Kong diperkirakan dibangun atau sudah dibangun pada tahun 1792 karena pada tahun tersebut Andries Teisseire, seorang pelaut Barat mencatat adanya kelenteng ini. 
"Keberadaan bangunan tua tidak lepas dari catatan sejarah. Begitu juga dengan Kelenteng Tjo Soe Kong yang telah mengiringi perkembangan wilayah ini selama 216 tahun. Sejak dibangun pada tahun 1792, kontruksi kelenteng itu tidak berubah.
Dua pagoda setinggi enam meter di depan kelenteng menjadi ciri tersendiri Kelenteng Tjo Soe Kong ini. Dua pagoda yang dibangun bersamaan dengan dibangunnya bangunan kelenteng hingga kini sama sekali belum pernah dipugar. Selain itu, batu berbentuk nisan pemberian dari seorang warga Negara Perancis, Andreas, masih terawat rapih di dalam kelenteng. Batu nisan ini dibawa langsung dari Tiongkok pada saat kelenteng mulai dibangun." (Sumber dari sini)
Sayang sekali Bebek belum tahu mengenai batu berbentuk nisan ini pada saat berkunjung ke sana, jadi tidak sempat bertanya atau melihatnya. Penghormatan terhadap Tjo Soe Kong ini konon dirintis oleh para petani tebu di Tionghoa yang kemudian bermukim di Mauk, Tangerang. Pada zaman dulu Kelenteng ini masih berbentuk gubuk sederhana, dan menjadi awal pusat komunitas masyarakat di Mauk.

Seperti juga Kelenteng-kelenteng tua yang lainnya, Kelenteng Tanjung Kait ini juga memiliki "cerita kehebatannya" di masa lalu.  Pada tahun 1883, ketika letusan Gunung Krakatau menyebabkan terjadinya Tsunami di sepanjang pesisir pantai Tanjung Kait, semua yang berada di dekat pantai terendam banjir, kecuali kelenteng ini. Kelenteng ini telah banyak menyelamatkan banyak penduduk yang berlindung di tempat ini. Kisah luput dari Tsunami Krakatau ini diabadikan dalam lagu gambang Kramat Karam. (Sebagai tambahan, Kramat merupakan nama daerah di dekat Kelenteng). Bebek belum pernah mendengar lagu ini, tapi dari judulnya bisa berarti Kramat termasuk dalam daerah yang terkena banjir Tsunami. Kejadian ini juga diceritakan turun temurun dari orang tua ke anak, sebagian besar generasi angkatan orang tua Bebek (lahir tahun 1940-an dan generasi sebelumnya) di daerah Tangerang mengetahui kisah hebat ini dan masih menceritakannya kepada anak-anaknya. Waktu Papa-Mama membawa Bebek ke sini, mereka juga pernah menceritakan mengenai kejadian banjir besar yang menenggelamkan daerah di sekitar Kelenteng. Tapi mungkin generasi Bebek dan generasi setelah Bebek tidak banyak lagi yang tahu atau mau mengingat mengenai kisah ini. 

Menurut beberapa sumber yang Bebek baca, setelah tahun 90-an dan 2000-an jumlah umat yang datang ke Kelenteng ini menurun drastis, tapi pengurus yayasan tetap berusaha mengembalikan masa kejayaan Kelenteng ini, antara lain pada tanggal 14-16 Desember 2007 diadakan Perayaan Shejit Kelenteng dengan berbagai atraksi festival Barongsai, bazaar rakyat, gambang kromong, wayang potehi dan wayang kulit. Lalu pada tanggal 3 Desember 2008 yang juga bertepatan dengan Shejit dilakukan peletakan batu pertama oleh putra Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah untuk membangun gazebo dan taman air di halaman depan Kelenteng. Pada saat Bebek datang berkunjung, kolam air ini sudah selesai dibangun. 

Pada saat Bebek datang ke sini waktu kecil, memang banyak sekali umat yang datang bersembahyang, Bebek ingat halaman depan kelenteng yang cukup luas dipenuhi mobil-mobil. Dan yang paling meninggalkan kesan memang ada banyaknya pengemis di sekitar Kelenteng. Setiap kali ada yang memberikan uang kepada salah satu pengemis ini, teman-temannya langsung mengerubungi kami. Ini membuat Bebek takut. Biasanya setelah bersembahyang, kami pergi ke tepi pantainya untuk makan es kelapa muda. ^^

Pada saat Bebek berkunjung kembali, Bebek memang sengaja tidak datang pada saat ada perayaan atau pada saat Ce-it atau Cap-goh, karena Bebek tidak terlalu suka bersembahyang di tengah keramaian dan juga tidak terlalu tahan dengan asap hio yang memedihkan mata. Pengunjung yang ada pada saat itu awalnya hanya ada Bebek, setelah Bebek selesai sembahyang ada juga 2 orang umat lainnya yang baru tiba. Encek Biokong yang ada di sana dengan ramah mau "mengajari" dan memberitahu rute bersembahyang. Karena di Kelenteng ini selain ada Dewa Tjo Soe Kong, juga ada dewa-dewa lain. Termasuk juga ada Dewa-dewi lokal, yaitu Dewi Neng dan Empe Dato. Menurut Bebek ini merupakan bukti bahwa sejak berabad-abad yang lalu, masyarakat Tionghoa di Tangerang khususnya sudah berbaur dan memiliki hubungan yang sangat baik dengan masyarakat setempat.

Keadaan kelenteng saat Bebek datang sangat bersih dan terawat baik, beberapa pengemis masih bertaburan di halaman depan kelenteng. Tapi mereka hanya duduk-duduk atau tidur-tidur karena memang Kelenteng sangat sepi. Di samping kelenteng ada kios-kios yang tutup, Bebek rasa kalau datang pada hari libur Sabtu Minggu atau pada saat Ce-it atau Cap-goh barulah ada banyak yang berjualan di sana. Satu hal yang membuat Bebek kecewa adalah tidak ada tukang es kelapa muda di tepi pantai. Padahal sejak berangkat Bebek begitu bersemangat untuk makan kelapa muda dari tempurungnya di tepi pantai. Pruk pruk pruk.... khayalan Bebek hancur dalam sekejap. ~.~ Tidak ada pantai yang bisa dilihat, memang dari awal Bebek berpikir pantai Tanjung Kait memang bukanlah pantai yang cantik seperti pantai-pantai yang lain. Terakhir kali ke sana pun, pantai ini sudah sangat kotor. Kali ini Bebek agak lupa di mana letak pantainya dan bertanya kepada beberapa penduduk, mereka menunjukkan bagian pantai yang tidak terlihat seperti pantai. T_T Ada banyak bangunan gubuk penduduk di sekitar pantai, tidak ada pantai yang terhampar luas ataupun tukang es kelapa muda. Huhuhuhu... mungkin karena memang bukan hari libur atau karena Bebek berada di sisi pantai yang bukan untuk wisatawan? Entah. 
Oh ya, di dekat Kelenteng Tjo Soe Kong juga ada kelenteng Chi-kung yang lebih kecil. Bebek melihat dan mengunjunginya dalam perjalanan mencari pantai. 

Kelenteng Tjo Soe Kong
Salah satu pengemis yang berada di halaman Kelenteng

Kolam Air di depan halaman Kelenteng Tjo Soe Kong
Kolam air
Foto diambil hari Kamis, 20 April 2011, antara pukul 13:20 - 14:10

Sumber referensi: 

Kometar atau tambahan informasi mengenai kelenteng Tjo Soe Kong, akan diterima dengan senang hati sebagai bahan perbaikan tulisan. ^^