Friday, July 24, 2015

Fujian Normal University 福建师范大学

2 tahun yang lalu..... 

Keberuntungan membawa saya menuju Fujian Normal University (福建师范大学)untuk melanjutkan kuliah. 

2 Juli 2013. Saat pertama kali membaca e-mail pemberitahuan mengenai penerimaan beasiswa, rasanya tidak nyata. Mungkin sekitar 1-2 minggu pertama, saya sama sekali tidak berani memberitahu siapapun, bagaimana kalau ternyata email palsu? Atau salah baca? Atau... atau.... ada banyak kekhawatiran konyol di benak saya saat itu. Beberapa saat setelah pemberitahuan melalui email, paket berisi Admission Notice dan Visa Application (JW201) benar-benar ada di tangan saya. Berbagai kesibukan pun dimulai. Hahahahahaha, pengajuan visa, medical check-up, mencari guru pengganti untuk melanjutkan posisi saya di sekolah, booking tiket pesawat, mencari berbagai informasi dan berbagai macam persiapan. 2 bulan Juli dan Agustus di tahun 2013, berlalu bagaikan terbang. 2 bulan terakhir sebagai anak kost di BSD. 2 bulan dengan segala kekhawatiran dan harapan baru. 2 bulan penuh ketidakrelaan meninggalkan kota yang sudah ditinggali selama 5 tahun terakhir. 

31 Agustus 2013. Petualangan menuju kota Fuzhou dimulai. 

CGK — FOC itinerary

Saya berangkat dengan China Southern Airlines 388 yang lepas landas pukul 9:05, transit di Guangzhou Baiyun International Airport (广州白云国际机场 CAN)dan melanjutkan perjalanan ke Fuzhou dengan maskapai yang sama penerbangan 3877 lepas landas dari Guangzhou pukul 16:25. Ini adalah pengalaman transit yang pertama dan hampir membuat saya membenci bandara Baiyun (kesan saya terhadap bandara ini berubah di kemudian hari). Pada saat memilih penerbangan ini, saya berpikir waktu 1 jam 30 menit cukup untuk berpindah pesawat. Dan sama sekali tidak memperhitungkan bahwa penerbangan pertama akan delay, yaaa, tidak lama sih, hanya terlambat lepas landas kurang dari 30 menit, tapi ditambah dengan letak keberangkatan internasional dan domestik yang cukup berjauhan, saya masih harus mengambil bagasi dan check-in ulang untuk penerbangan selanjutnya menuju Fuzhou, pemeriksaan bandara Guangzhou yang cukup ribet (lebih karena saya terburu-buru, makanya pemeriksaan rutin semacam ini membuat saya sebal) dan juga nomor boarding gate yang ternyata tidak tertulis lengkap di boarding pass, membuat saya hampiiiiir ketinggalan pesawat. Untuk catatan di kemudian hari, saya selalu memilih jeda waktu yang cukup lama apabila harus transit. Untunglah, pada akhirnya saya sampai ke Fuzhou Changle International Airport (福州长乐国际机场 FOC)sekitar pukul 6 sore waktu setempat. 

Karena sudah sore dan jarak antara bandara menuju asrama lumayan jauh (paling tidak waktu itu rasanya jauh ^^), sebelumnya saya sudah booking hotel di dekat bandara. Stttt... ini rahasia ya, walaupun saya suka berpetualang sendirian, tapi sebenarnya saya paling takut perjalanan malam apalagi di kota asing. Xixixixixi... ini hanya perasaan pribadi saja sih, walaupun kenyataannya bepergian di siang hari tidak selalu lebih aman daripada bepergian di malam hari, tapi saya selalu memilih berpetualang pada saat masih ada matahari, kecuali di daerah yang saya sudah merasa nyaman. Karena alasan inilah,  saya rela mengeluarkan kira-kira 50 usd tambahan untuk bermalam di Flipport Inn Fuzhou Haibin (福州佰翔家海滨酒店)dan baru melanjutkan perjalanan menuju asrama keesokan harinya. Oh ya, letak hotel ini persis di seberang bandara, cukup jalan kaki melewati tempat parkir dan menyeberang jalan, jadi kalau anda kemalaman sampai Fuzhou, saya sarankan bermalam di hotel ini. 

Sebenarnya, saya baru tahu belakangan dari teman-teman sekelas, kita bisa minta dijemput di bandara dan diantar ke asrama (dikenakan biaya tentu saja). Hahahahaha... rasanya cuma saya yang tidak kepikiran bertanya mengenai hal ini ke pihak sekolah, tapi walaupun hanya bermodalkan google, saya tetap sampai dengan selamat kok! Mengenai antar-jemput ini, di asrama untuk mahasiswa asing ada bapak-bapak (atau om?), biasanya kami memanggilnya 叔叔 shūshu, beliau bersedia menjemput atau mengantar para mahasiswa ke bandara, tarifnya (kabarnya) berbeda-beda tergantung sudah kenal atau belum, hahahahahhaa, tapi kira-kira 260-300 RMB. 

Keberangkatan saya kali ini, rasanya cukup menguras air mata. Hahahaha, setelah dua hari sebelumnya menangis saat perpisahan dengan rekan-rekan kerja di sekolah, padahal biasanya saya cukup tak berperasaan saat acara perpisahan apapun loh. Menangis saat menunggu boarding di Soetta, menangis saat pesawat lepas landas, saat pesawat mendarat, mengis lagi saat pesawat lepas landas di Baiyun menuju Fuzhou, dan berakhir dengan menangis panjang sesampainya di Fliport Haibin Hotel. Hahahahahaha.... dipikir sekarang, saya di waktu itu kok sensitif ya....... 

1 September 2013. Petualangan lanjutan.... 
Transportasi dari dan menuju Bandara Changle Fuzhou, sebenarnya cukup mudah. Dari Changle ada bis bandara (福建空港快线运输 ini nama panjangnya), untuk informasi bandara ini tidak terlalu besar, jadi setelah keluar dari bandara pasti akan langsung melihat deretan bis dan taksi, untuk menuju Fujian Normal University, naik bis yang menuju hotel Apollo (阿波罗站), hotel ini adalah pemberhentian terakhir bis bandara, tarif per penumpang 25 RMB. 

Dari hotel Apollo, bisa memilih naik taksi (sekitar 20 RMB), cukup bilang mau ke 师大 Shida,上山路 (nama jalannya). Kalau bahasa Mandarin kalian masih terbatas, bisa juga mempersiapkan kertas yang tertulis alamat lengkap, sebaiknya alamat menggunakan bahasa Mandarin, jangan bahasa Inggris. Kampus FJNU ini ada 2 tempat, kampus baru (新校区)dan kampus lama(旧校区), para mahasiswa asing umumnya di kampus lama. 

Pilihan kedua, selain naik taksi adalah.... naik bis umum (公交车)dari halte yang berada di depan hotel Apollo(汽车站), dari tempat pemberhentian bis bandara, tidak perlu menyeberang jalan, kita bisa naik bis K1 dan turun di 师大站 (shīdà zhàn). Tarif bis di Fuzhou adalah 1 RMB, kalau pakai kartu tarifnya 0.8 RMB. 

Saya melakukan 2 kebodohan di pengalaman pertama naik bis di kota ini. Yang pertama adalah, karena sebelumnya sudah mati-matian menghafalkan alamat kampus, maka walaupun tahu saya harus turun di halte shīdà (师大站), entah kenapa pada saat bis sampai di halte perempatan Shàngsān (上三路口站 ), saya sok ide (kalau meminjam istilah para remaja), dan turun di halte ini. Memang sih, alamat kampus adalah di Jalan Shangsan, tapi dari perempatan jalan Shangsan menuju kampus Shida, masih ada 2 halte lagi. (_._") Hahahahahahaha... saat itu entah pengen nangis atau pengen tertawa. Bayangkan, dengan menarik satu koper seberat 20 kg, satu backpack dengan berat lebih dari 7 kg dan satu tas tangan, saya harus turun naik bis karena kebodohan diri sendiri.... (_._") aaaaaaarrrgggg...... Kebodohan kedua adalah, karena terlalu sibuk dengan barang bawaan, sama sekali tidak terpikir untuk bayar ongkos bis. Hahahahahahaaha, biasanya para penumpang naik dari pintu depan, ada tempat untuk memasukkan uang 1 yuan atau gesek kartu, tapi karena barang saya sulit dinaikkan lewat pintu depan, saya naik dari pintu belakang dan tidak bayar.... bukan sengaja, beneran deh, bukan sengaja ga bayar, sama sekali ga ingat dan ga kepikiran harus bayar. 2 kali naik bis, 2-2nya ga bayar. Xixixixixii..... Bis di Fuzhou sama sekali tidak ada kondektur atau pemeriksa karcis atau semacamnya, biasanya kalau bis sangat penuh dan tidak bisa naik dari pintu depan, para penumpang yang naik dari pintu belakang dengan kesadaran sendiri akan mengoper uang 1 yuan untuk bayar. 

Gerbang depan kampus lama FJNU
Setelah naik dan turun dan naik lagi dan turun lagi, kali ini di halte yang benar, saya mulai berjalan ke arah kampus FJNU, pas sampai di depan gerbang 师大,bertanya ke satpam ke mana mahasiswa asing harus melapor, ternyata kampus fakultas kami (海外教育学院)masih harus berjalan lagi kira-kira 200 meter dari gerbang depan shida. Dan, setelah akhirnya sampai di depan gedung kampus, saya baru sadar, kalau seharusnya saya pergi ke gedung asrama 吕振万楼 lǚzhènwàn lóu (海外学生公寓)bukan ke kampus.......... padahal jalanan menuju ke kampus agak menanjak.... padahal sudah naik tangga sambil angkat koper..... padahal barang bawaan total hampir 30 kg.... padahal..... (_._") dari depan gedung kampus, baru kelihatan ternyata gedung asrama mahasiswa asing 吕振万楼 lǚzhènwàn lóu ada tepat di seberang kampus......... Hahahahahahahahaha... ya begitulah.... tapi pada akhirnya di hari itu saya resmi menjadi penghuni gedung lǚzhènwàn. 



吕振万楼 Gedung Asrama Mahasiswa Asing dipotret dari gedung Heping (和平楼)

吕振万楼




海外教育学院

海外教育学院 dipotret dari gedung asrama mahasiswa asing

Sebagai ungkapan rasa syukur, bagaimana pun, saat dalam perjalanan, banyak orang yang saya kenal ataupun tidak saya kenal yang turut membantu. Saat di Bandara Fuzhou, karena tidak tahu hotel Haibin sedekat apa, saya hampir saja naik taksi, padahal hotelnya benar-benar berada tepat di seberang bandara Changle. Untung tidak sampai tertipu. Lalu saat menanyakan jalan menuju FJNU, di hotel beberapa orang dengan baik hati memberikan pendapat, bahkan si resepsionis hotel sampai membuatkan catatan rute bus, di jalan saat saya salah turun halte, seorang Ibu-ibu dengan baik hati membantu mengangkat koper berat saya, yang hampir tidak kuat saya angkat. Setelah turun di halte yang benar, saya masih harus berjalan kaki mencari lǚ lóu, saya salah jalan dan malahan ke arah kampus, seorang Ibu juga membantu saya mengangkat koper, lalu saat menyeberang jalan, seorang laki-laki membantu mendorong koper saya. Banyak sekali bantuan kecil maupun besar yang bahkan tidak saya sadari, telah memperlancar perjalanan saya dan membuat saya sangat terharu. Lalu, Lin Xiaoxia (林小霞)Ayi di gedung asrama juga banyak membantu saya mengurus sim card dan lain-lain. Suatu saat saya juga ingin bisa seperti mereka, memberikan bantuan yang walaupun sangat kecil, tapi sangat berharga bagi seseorang.

吕振万楼 617 


Daaaan 2 tahun yang memberikan berbagai kenangan pun dimulai.... yippppiiiii! \(>.<)/




Thursday, January 10, 2013

Sby - Tuban - Srg

Ini adalah cerita perjalanan akhir tahun 2012 si Bebek kecil selama 4 hari 3 malam di Surabaya, Tuban dan  Semarang. Sudah lama ingin menuliskannya secara detail, tapi akhir tahun lalu, rasanya Bebek sama sekali tidak punya energi lebih untuk menggerakkan jari-jari di atas keyboard. Yaaa, itu kalimat berlebih untuk mendefinisikan istilah "malas menulis". 

Pemandangan Kota Semarang dari kamar hotel Pandanaran


Tahap 1 : perencanaan 
  • Pemesanan Tiket Pesawat
Tahap awal perjalanan kali ini, tentu saja dimulai dengan niat. Setelah ada niat, barulah Bebek giat mencari tiket penerbangan yang semurah mungkin. Awalnya agak ragu juga dengan rute perjalanan, ke Semarang lalu ke Surabaya, atau sebaliknya. Setelah bertanya kepada mereka yang pernah ke beberapa tempat yang akan Bebek datangi, barulah Bebek memutuskan sebaiknya memesan tiket pesawat Jakarta-Surabaya, lalu dari Surabaya ke Tuban naik bis, Tuban ke Semarang juga naik bis, barulah pulangnya memesan tiket pesawat Semarang-Jakarta.


Maka pada tgl 15 September 2012, Bebek memesan tiket CGK-SUB dengan pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ 266 untuk tanggal 17 Desember 2012, seharga 390,000 IDR. Waktu penerbangan awal adalah lepas landas 11:05 dan mendarat 12:25. Tapi sehari sebelum penerbangan, pihak SA memundurkan waktu penerbangan mereka 2 kali, satu kali pemberitahuan dilakukan via telepon, dari 11:05 dimundurkan menjadi 11:15, lalu pada dini hari tgl 17, pihak SA mengirim pesan via sms, memundurkan waktu penerbangan menjadi 12:15. Setelah memesan tiket pergi, tanggal 18 September, Bebek memesan tiket pulang SRG-CGK juga dengan pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ 223 untuk tanggal 20 Desember 2012, pukul 18:25 -19:25, seharga 310,000 IDR. Seperti keberangkatan, pesawat pulang juga terlambat. (Kalau Bebek tidak salah ingat) Kami baru mulai boarding pada pukul 19:05.  
  • Tentang Hotel
Untuk pemesanan hotel, hotel pertama yang Bebek booking adalah Hotel Mustika. Memutuskan hotel mana yang akan Bebek pilih di kota Tuban sama sekali tidak menyulitkan, karena di kota Tuban, Bebek hanya berencana mengunjungi 1 tempat, yaitu Kelenteng Kwan Sing Bio, karena itu Bebek mencari hotel terdekat dengan kelenteng yang ingin Bebek kunjungi itu. Nah, jarak antara Hotel Mustika dengan Kelenteng Kwan Sing Bio (menurut google map) kurang-lebih 1 km. Bagi mereka yang tidak suka berjalan kaki, dari sekitar hotel ada banyak becak (menurut staf hotel, ongkosnya Rp 10,000). Tapi karena Bebek sangaaaat suka berjalan kaki, Bebek berjalan kaki pulang-pergi, sambil menikmati semilir angin di sepanjang Pantai Laut Utara. Oh ya, kamar yang Bebek tempati di Hotel Mustika adalah superior club double yang sebenarnya bisa untuk 2 orang. Ini kamar termahal yang bebek pesan (harga kamar 390,000 IDR + pajak 25% 81,900 IDR). Pemesanan Bebek lakukan melalui website booking.com. Sekedar pemberitahuan, kalau kita memesan kamar melalui booking.com, kita akan membayar biaya pada saat kita check-out, dan untuk pembatalan, biasanya kalau kita memberitahukan pembatalan sehari sebelum tanggal menginap, kita sama sekali tidak dikenakan biaya apapun (kebijakan biaya dan waktu pembatalan berbeda untuk setiap hotel, jadi sebaiknya dicek sebelum booking). Salah satu yang kurang menyenangkan dari Hotel Mustika, adalah hotel ini sangaaat sepi, karena pada saat Bebek menginap sepertinya bukan peak season, walaupun saat itu sudah masuk liburan sekolah, tapi yang menginap di hotel ini cenderung sedikit dibandingkan dengan banyaknya jumlah kamar mereka (menurut website hotel, mereka memiliki 120 kamar). Selain Bebek, ada rombongan dari satu perusahaan yang sedang menginap di sana. Tapi tetap saja, pada saat malam, karena Bebek menginap sendiri, rasanya sepiiiii..... dan kamar Hotel Mustika mengesankan kamar tua. Huhuhuhuhu...  
Mustika Hotel dan Restaurant Jl. Teuku Umar 3, Tuban, Jawa Timur. Telp (62-0356) 322 444 - 322 555; email: hotel-mustika@telkom.net
Superior Club Double kamar no 3935 - Hotel Mustika

Pemandangan dari depan kamar

Nah untuk hotel di Surabaya, Bebek akhirnya memilih The Square, karena lokasinya yang cukup dekat dengan Bandara Djuanda dan Terminal Purabaya. Sebenarnya tidak bisa dibilang dekat dengan Bandara Djuanda juga sih, karena kalau kita menggunakan taksi dari bandara ke The Square, karena jalan satu arah, kita jadi harus memutar cukup jauh. Tapi letaknya memang cukup dekat dengan Terminal Purabaya (kalau menggunakan taksi sekitar 20-30 ribu). Oh ya, The Square ini ternyata letaknya persis di depan Universitas Petra, kebetulan waktu masih kuliah, Bebek pernah mengikuti Lomba Cepat-Tepat Bahasa Mandarin di sana. Di The Square, Bebek memesan kamar deluxe single seharga 305,000 IDR (termasuk sarapan). Pemesanan The Square dilakukan melalui website Agoda, tarif hotel termasuk diskon 38%, berbeda dengan booking.com, melalui Agoda, pembayaran dilakukan di muka, kalau membatalkan dikenakan biaya 15% harga kamar (kebijakan ini berbeda untuk setiap hotel). Oh ya, awalnya Bebek agak kaget sih,  agak kurang menyenangkan juga, karena di hotel ini, pada saat check-in kita diminta uang jaminan sebesar Rp 200,000 yang dikembalikan pada saat kita check-out. Uang ini untuk menjamin pengunjung tidak merokok di dalam kamar (karena Bebek memesan kamar non-smoking), kalau kita menghilangkan kunci, dll. Tapi hotelnya sangat menyenangkan, bersih dan terang. Bebek selalu suka kamar yang mendapatkan sinar matahari langsung, jadi, The Square ini mungkin salah satu hotel favorit Bebek. Nasi goreng spesial yang Bebek pilih sebagai menu sarapan juga sangat enak. Nasi goreng khas Surabaya yang warnanya kemerahan, hehehe, kalau di Tangerang, nasi goreng kan biasanya warna coklat atau putih. Di lantai bawah hotel juga ada restoran, cafe, minimarket. Kalau anda (seperti Bebek) tipe yang malas keluyuran untuk mencari makan malam, hotel ini sangat cocok, karena untuk makan kita hanya perlu turun dengan lift. Hohoho...
The Square Jl. Siwalankerto No. 146 - 148, Rungkut, Surabaya. 

Deluxe Single - The Square
Deluxe Room - Hotel Pandanaran


Di Semarang, Bebek memilih Hotel Pandanaran (dipesan 3 hari sebelum keberangkatan), pemilihan hotel di Semarang sedikit lebih membingungkan, karena ada beberapa tempat yang ingin Bebek kunjungi di Semarang, Bebek jadi sulit memutuskan sebaiknya menginap di dekat mana. Hehehehe, akhirnya Bebek memutuskan hotel yang dekat dengan Bandara Ahmad Yani. Untuk pemesanan hotel ini Bebek juga menggunakan Agoda, kamar tipe Deluxe (tanpa sarapan) termasuk diskon 50% seharga 310,000 IDR. Bebek juga suka dengan kamar ini, bersih dan terang. Dilihat dari lokasi hotel, ternyata keputusan Bebek untuk menginap di sini sudah tepat, Hotel Pandanaran terletak di Jl Pandanaran, di antara Tugu Muda dan Simpang Lima. Dari depan hotel, ada angkot yang menuju tempat-tempat yang ingin Bebek kunjungi, walaupun harus ganti angkot 2-3 kali. 
Untuk perencanaan perjalanan kali ini, Bebek banyak bertanya kepada teman-teman Bebek, misalnya tentang rute bis dan angkutan umum, juga mengenai berapa lama kira-kira perjalanan. Bebek mengucapkan terima kasih yang sangat tulus kepada Mr A, Ms ML dan Ms H karena atas nasehat dan petunjuk dari merekalah Bebek bisa sampai ke tempat yang ingin Bebek kunjungi tanpa tersesat. ^^


Tahap 2 : pelaksanaan

Senin, 17 Desember 2012. Seperti yang telah Bebek ceritakan mengenai penundaan jadwal penerbangan, Bebek berangkat dari terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta kira-kira pada pukul 12:15, sangat disayangkan pada saat kami akan mendarat di Bandara Djuanda, di kota Surabaya sedang turun hujan disertai angin, sehingga pilot pesawat tidak jadi mendarat dan meneruskan penerbangan ke Denpasar. Di Bandara Ngurah Rai, pesawat menunggu kira-kira 45 menit sambil mengisi kembali bahan bakar. Setelah itu, barulah kami berangkat kembali ke Surabaya. Sampai di Surabaya kira-kira sudah hampir jam 5 sore (Bebek lupa tepatnya). Rencana Bebek di Sby menjadi kacau, karena sudah terlalu sore dan pada saat itu juga masih hujan, akhirnya Bebek memutuskan langsung saja ke The Square dengan taksi. Patung Buddha 4 wajah di daerah Kenjeran dan Kelenteng Hong Thek Hian batal Bebek kunjungi. Walaupun ini kunjungan ke dua Bebek ke Sby, tapi pada kunjungan pertama, Bebek sama sekali tidak ingat, karena waktu dulu (tahun 2005) hanya pergi ke Universitas Petra dan ke mana-mana kami menggunakan taksi. Jadi bisa dikatakan ini pertama kalinya Bebek berpetualang di Sby dan karena pergi sendirian, Bebek menghindari perjalanan di malam hari. Ehmm, sedikit tambahan cerita mengenai taksi, mungkin ini hanya prasangka Bebek sih, tapi argo taksi dari Djuanda ke The Square rasanya cepaaaaaat, huhuhuhuu.... sudah begitu, (mungkin sengaja, mungkin memang tidak tahu), si sopir taksi masih jalan terus waktu kami melewati The Square, untungnya Bebek pernah ke Petra, jadi waktu lihat gedung Petra, ingatan Bebek kembali, dan langsung lihat The Square. Dan selamatlah Bebek... ongkos taksi Djuanda - The Square kurang lebih 80,000 rupiah. Hikzz... Sampai The Square Bebek check-in, lalu cari makan malam di bawah hotel, Bebek makan mie Hokkian di House of Wok sambil chatting. Lalu kembali ke kamar, mandi, nonton TV, tidur. 

Selasa, 18 Desember 2012. Rencana awal sih, Bebek bangun jam 6 pagi, sarapan, lalu langsung berangkat ke Terminal Purabaya. Hehehehe, ternyata sarapan baru diantar jam 7:15, jadi setelah sarapan nasi goreng yang enak, Bebek berangkat ke Terminal Purabaya jam 8:00 dengan taksi karena lebih mudah. Catatan penting mengenai Terminal Purabaya, terminal yang terletak di Kecamatan Waru, Sidoarjo ini sangat teratur dan cukup bersih (dibandingkan dengan terminal lain di Tng dan Jkt yang pernah Bebek datangi). Menurut blog Terminal Purabaya merupakan terminal terbersih di Sby dan kemungkinan juga terminal terbesar dan tersibuk di Asia Tenggara. Papan petunjuk arah untuk penumpang dalam kota maupun luar kota sangat jelas, waktu keberangkatan bis dari terminal ini juga sangat tepat waktu dan di dalam terminal ada banyak petugas berseragam yang sangat membantu (membuat penumpang tidak takut bertanya ke orang yang salah). Bebek naik bis PO Sinar Mandiri Mulia trayek Sby - Tuban - Semarang yang berangkat pukul 8:30, harga tiket Sby - Tuban Rp 30,000. Bisnya cukup nyaman. Perjalanan Sby - Tuban, normalnya mungkin sekitar 2 jam, tapi karena hari itu sangat macet, Bebek baru sampai Tuban jam 11:30an. Bis Sby - Tuban - Srg ini seharusnya melewati depan Hotel Mustika, tapi lagi-lagi karena macet, sopir bis memutuskan lewat jalan lain, sehingga Bebek harus turun di tugu Tuban dan jalan kaki dari sana ke hotel, dari tugu ke Hotel Mustika tidak terlalu jauh, hanya berjalan lurus kurang dari 1 km (sepertinya). Trotoar di kota Tuban sangat lebar dan sepi, tidak ada pedagang kaki lima di sepanjang jalan. Hahahah... 
Sesampainya di kota Tuban, Bebek langsung check-in di Hotel Mustika, istirahat sebentar, cuci muka dll. Setelah itu, langsung menuju Kelenteng Kwan Sing Bio. Dari Hotel Mustika ke Kwan Sing Bio, jalan lurus ke arah utara di sepanjang Jl Teuku Umar (arah sebaliknya dari Tugu Tuban, kalau dari depan hotel berjalan ke arah kanan), sampai pertigaan belok kanan, ikuti Jl RE Martadinata. Kelenteng Kwan Sing Bio berada di sebelah kanan, tepat berhadapan dengan Pantai Laut Utara. Ulasan mengenai Kelenteng terbesar di Asia Tenggara ini sudah banyak ditulis di media massa ataupun blog, jadi (mungkin) Bebek tidak akan menuliskannya secara detail. 

Tugu Tuban

Kwan Sing Bio (関聖廟)

Di Kelenteng Kwan Sing Bio (関聖廟)ini untuk bersembahyang kita perlu membeli paket lengkap hio, lilin dan kertas seharga 17,000 rupiah. Karena dari kelenteng hanya menyediakan hio saja. Ini sedikit berbeda dengan kelenteng di Tangerang dan Jakarta pada umumnya, karena biasanya di daerah saya, perlengkapan sembahyang disediakan oleh pengurus kelenteng secara cuma-cuma dan kita hanya perlu berdana sukarela. Setelah   pasang hio kepada para Kongco, Bebek melakukan ciamsi, lalu melihat-lihat pemandangan taman di dalam kelenteng, sambil duduk bengong menikmati semilir angin. Dari kelenteng, Bebek makan siang di Cafe & Steak House Mustika yang terletak tidak jauh dari kelenteng, steak ayam di sini cukup enak. Selesai menikmati makan siang Bebek yang sangat terlambat itu (makan siang sekitar jam 3), Bebek berjalan kembali ke Hotel Mustika lagi-lagi sambil menikmati semilir angin Pantai Laut Utara. Bagian yang kurang menyenangkan adalah, di Kwan Sing Bio, Bebek tidak punya foto diri sendiri (yang cukup layak) dengan latar kelenteng sama sekali. Karena waktu Bebek datang, kelenteng agak sepi, jadi tidak ada pengunjung yang bisa Bebek mintai tolong untuk memotret. Hiiiik... >.<  

Pantai Laut Utara

Rabu, 19 Desember 2012. Setelah kurang menikmati sarapan yang disediakan hotel (bukan menunya yang tidak enak, memang Bebek yang kurang nafsu makan), Bebek berangkat menuju Semarang. Karena Bebek khawatir bis menuju Semarang akan lewat depan hotel atau tidak, Bebek memutuskan berjalan dulu ke tugu Tuban dan menunggu bis di sana. Hehehe, ternyata kekhawatiran Bebek berlebihan, bis patas PO Jaya Utama yang Bebek naiki lewat di depan hotel. Untuk menempuh perjalanan sekitar 200 km dari Tuban ke Semarang, Bebek membayar ongkos 55,000 rupiah. Bisnya cukup nyaman dan ada toilet di dalam bis. Ini pengalaman pertama Bebek memakai toilet di dalam bis. Bukan pengalaman yang menyenangkan pula. Hehehehe, susah sekali ternyata buang air di dalam toilet kecil bis yang melaju dengan kencang. Perjalanan dari Tuban ke Semarang ini memerlukan waktu sekitar 6-7 jam. Bebek sampai di Terminal Terboyo sekitar pukul 2 siang, disambut oleh hujan. Dari Terminal Terboyo, Bebek naik bis kecil (semacam kopaja atau metromini di Jakarta) yang menuju ke arah Tugu Muda. Dari Tugu Muda, Bebek jalan kaki ke Hotel Pandanaran. Oh ya, hari itu pun makan siang Bebek terlambat. Hehehehe, ternyata Bebek kurang merencanakan mengenai waktu makan. Akhirnya Bebek hanya membeli paket Spicy chicken di McD tidak jauh dari hotel. Setelah check-in dan menghabiskan makan siang yang terburu-buru, Bebek menuju Kelenteng Sam Poo Kong.
Dari Hotel Pandanaran ke kelenteng Sam Poo Kong, pertama menyeberang jalan, lalu naik angkutan umum rute Johor - Karang Ayu (angkotnya warna kuning strip putih, kalau tidak salah ingat nomor angkotnya 06), turun di Pasar Karang Ayu, lalu lanjut dengan angkot yang menuju Gedung batu, turun tepat di depan kelenteng Sam Poo Kong.
Seperti di Kwan Sing Bio, untuk bersembahyang di Kelenteng Sam Poo Kong, kita perlu membeli paket hio, lilin, kertas dan teh (tehnya akan kita bawa pulang setelah sembahyang) seharga 28,000 rupiah. Di dalam kelenteng, terdapat 3 (semacam) paviliun yang berdampingan dan satu tempat terpisah yang menyimpan jangkar (replika dari jangkar yang digunakan oleh Kongco Zheng He). Oh ya, di Kelenteng Sam Poo Kong kita juga bisa berfoto dengan kostum (mengingatkan Bebek dengan foto kostum putri kaisar seharga 100 Yuan di Guangzhou dulu, hehehehe...). Tapi karena tidak terlalu tertarik, Bebek tidak bertanya berapa harga satu foto kostum di sana. Karena sibuk berfoto, ehmm lebih tepatnya sibuk meminta tolong pengunjung lain untuk memoto Bebek (dan hampir seluruh hasil fotonya blur) dan sibuk mencari tempat untuk meletakkan kamera agar Bebek bisa berfoto dengan timer. T.T hikz... sedih sekali, di kelenteng ini Bebek juga hanya dapat sedikit foto diri sendiri. 

Kelenteng Sam Poo Kong



Tapi karena sibuk berburu foto pulalah, Bebek kemalaman. Seperti yang sudah Bebek singgung di atas, mengingat Bebek berpetualang sendiri, Bebek menghindari perjalanan malam hari, jadi batas waktu bermain hanya sampai matahari terbenam. Hanya dari kelenteng inilah Bebek melanggar rencana "selalu sudah di hotel saat matahari terbenam". Bebek baru mulai kembali ke hotel dari kelenteng Sam Poo Kong kira-kira jam 6:30, dan karena angkot kembali ke hotel tidak ada, daripada membuang waktu menunggu angkot, Bebek berjalan kaki kembali ke arah hotel, daaaaan ternyataaa... entah karena sudah malam atau memang angkot di sana agak sedikit, setelah Bebek berjalan kembali kira-kira 1/3 perjalanan, barulah ada angkot yang menuju Pasar Karang Ayu. Bebek jalan kaki! sendiri! malam-malam! Seru! 
Setelah bertemu angkot (akhirnya!), Bebek kembali ke Pasar Karang Ayu. Nah, waktu perginya Bebek tidak harus menyeberang jalan, tapi untuk perjalanan pulang, Bebek harus menyeberang di jembatan penyeberangan dulu, baru bisa naik angkot yang ke arah hotel. Dan inilah pengalaman pertama Bebek takut berjalan di jembatan penyeberangan, kenapa? Karena jembatan penyeberangannya bukan terbuat dari besi ataupun dari beton, tapi dari kayu. Iyaaaa, hanya tiang dan rangkanya saja yang terbuat dari besi, tempat berjalannya terbuat dari kayu, berlubang-lubang pula dan terasa sangat ringkih. >.< Kyaaaaa.... horooor. Setelah pengalaman itu, Bebek tetap selamat sampai hotel Pandanaran. 

Kamis, 20 Desember 2012. Hari terakhir! Awalnya ingin berangkat jam 7 pagi ke Pagoda Avalokitsvara Buddhagaya Watugong. Tapi, setelah petualangan kemarin malam yang sangat menyenangkan dan kasur Hotel Pandanaran yang sangat nyaman, membuka mata, mandi dan berkemas rasanya tidak semudah membalik telapak tangan. Huehehehehe... Akhirnya Bebek baru bangun sekitar jam 7, setelah bersiap-siap, Bebek check-out dari Pandanaran kira-kira jam 8 lewat. Walaupun check-out, karena masih akan mengunjungi Pagoda Avalokitsvara dan Lawang Sewu, Bebek menitipkan barang bawaan ke resepsionis hotel. Sebelum berangkat, karena di hotel ini Bebek memesan kamar tanpa sarapan, Bebek harus mencari tempat makan terlebih dahulu. Dari Hotel Pandanaran, Bebek berjalan kaki ke Simpang Lima (sebenarnya kita bisa angkot jurusan Karang Ayu - Johor dan turun di Simpang Lima). 
Singkat cerita, dari Simpang Lima,  Bebek naik angkot jurusan Karang Ayu - Johor (warna kuning strip putih), turun di Cipto dan sambung dengan angkot jurusan Watugong (warna orange strip biru tua di bawahnya), di Watugong sambung angkot lain sampai depan Pagoda Avalokitsvara. 


Pagoda Avalokitsvara

Pembelian perlengkapan sembahyang di Vihara Buddhagaya ini cukup unik. Pengurus vihara menyediakan beberapa jenis hio, lilin dan lain-lain dengan harga yang berbeda, dan pengunjung bisa memilih sendiri perlengkapan yang kita butuhkan, kemudian memasukkan uang dana ke dalam kotak yang disediakan. Apabila kita ingin membeli minuman juga dengan cara yang sama, ambil minuman sendiri di kulkas yang tersedia, di depan pintu kulkas tertera harga untuk jenis minuman yang disediakan, kemudian kita memasukkan uang ke dalam kotak lainnya khusus untuk barang-barang yang kita beli.

Setelah puas melihat-lihat lingkungan vihara, Bebek menuju Lawangsewu. Harga tiket masuk ke Lawangsewu adalah Rp 10,000 dan mereka menyediakan jasa tourguide dengan tarif Rp 30,000. Karena ini pertama kalinya Bebek mengunjungi Lawangsewu, Bebek setuju menggunakan jasa tour guide yang mereka sediakan. Si tour guide (Bebek lupa namanya) pernah tinggal di Lawangsewu semasa kecil, karena menurutnya Kakeknya adalah salah satu juru kunci di bangunan ini. Dan karena jasa si tour guide inilah Bebek berhasil mendapatkan banyak foto yang bagus dan tentu saja banyak cerita mengenai bangunan bersejarah tersebut. Huehehehe... 

Lawang Sewu

Setelah selesai melihat-lihat, berfoto dan bercerita dengan si tour guide, Bebek kembali ke Hotel Pandanaran untuk mengambil barang titipan dan bersantai sejenak di lobby hotel, karena saat itu lagi-lagi turun hujan. 
Sangat disayangkan pula, Bebek tidak sempat mengunjungi kelenteng tertua di Semarang, yaitu Kelenteng Tay Kak Sie, karena keterbatasan waktu dan juga letak kelenteng ini agak sulit dijangkau dengan angkot, kalau mau ke kelenteng yang berada di gang Lombok ini, paling mudah dengan menggunakan taksi. Akhirnya Bebek tidak jadi pergi (mungkin lain kali). Setelah bersantai sejenak di lobby hotel menunggu hujan berhenti, ternyata hujannya cukup awet, sehingga akhirnya Bebek memutuskan langsung saja ke Bandara Ahmad Yani dengan menggunakan taksi. Tarif taksi dari Hotel Pandanaran - Bandara Ahmad Yani kurang lebih 20-30ribu rupiah. 
Bandara Ahmad Yani bisa dikatakan agak kecil dan yang kurang menyenangkan adalah di toilet dalam bandara ini, banyak kran yang airnya tidak mengalir. Walaupun perjalanan dari hotel ke Bandara Ahmad Yani agak macet, tapi tetap saja Bebek menunggu cukup lama di sini karena keterlambatan penerbangan SA. 

Setelah penerbangan selama 50 menit dari SRG ke CGK, Bebek kembali ke kampung halaman. Sampai di Bandara Soetta kira-kira pukul 8:30. Dan Bebek masih harus mengantri untuk mendapatkan taksi. Kira-kira pukul 10:00 barulah Bebek sampai ke rumah dengan semangat berlebihan. 

Catatan dalam liburan kali ini, dalam perencanaan liburan yang akan datang, Bebek perlu lebih merencanakan mengenai waktu makan. Huhuhu, selama 4 hari Bebek selalu makan siang terlambat. 

Liburan Natal 2012 dan tahun baru 2013 adalah salah satu liburan terbaik dalam hidup Bebek. Selanjutnya, tanpa direncanakan Bebek melewatkan tahun baru di Pulau Pari. Cerita  malam tahun baru akan menyusul.... 

其实不想走 Qishi bu xiang zou


其实不想走qíshí bù xiǎng zǒu (Sebenarnya tidak ingin pergi)
周华健 Zhōu Huájiàn

你总是说我在这样孤单时候
Nǐ zǒng shì shuō wǒ zài zhè yàng gūdān shíhou
Kau selalu mengatakan, pada saat kesepian
 
才会想与你联络
cái huì xiǎng yǔ nǐ liánluò
barulah saya ingin menghubungimu

然而谈的情说的爱不够
rán’ér tán de qíng shuō de ài bú gòu
namun hal yang dibicarakan, cinta yang diucapkan tidak cukup

说来就来说走就走
shuō lái jiù lái shuō zǒu jiù zǒu
datang saat ingin datang, pergi saat ingin pergi

怎么会不懂我
zěnme huì bù dǒng wǒ
kenapa tidak mengerti saya?

怎么会不知道
zěnme huì bù zhīdao
kenapa tidak tahu

女人的心是脆弱
nǚrén de xīn shì cuīruò
hati wanita sangat rapuh

寂寞不是我不能够忍受
jìmò búshì wǒ bù nénggòu rěnshòu
bukannya saya tidak sanggup menahan kesepian

只是每一天我想你太多
zhǐ shì měi yì tiān wǒ xiǎng nǐ tài duō
hanya saja, setiap hari saya terlalu sering merindukanmu

其实不想走
qíshí bù xiǎng zǒu
sebenarnya tidak ingin pergi

其实我想留
qíshí wǒ xiǎng liú
sebenarnya saya ingin tinggal

留下来陪你每个春夏秋冬
liú xiàlai péi nǐ měi ge chūn xià qiū dōng
tinggal dan menemanimu setiap musim semi, panas, gugur dan dingin

你要相信我再不用多久
nǐ yào xiāngxìn wǒ zài búyòng duō jiǔ
kau harus percaya pada saya, tidak akan lama lagi

我要你和我今生一起度过
wǒ yào nǐ hé wǒ jīn shēng yìqǐ dùguo
saya ingin kau dan saya bersama-sama melewati hidup ini